Aku dan Ruh
Lepaskan wahai jiwa yang tak bertuan
Di antara jejaring nafsu yang mencengkram
Dalam nikmat dan dosa
Mana yang kau pilih wahai Ruh?
Bukankah engkau adalah tiupan Tuhan
Di dalam sebongkah tanah yang kusam
Lalu mencipta menjadi manusia perusak
Dan lalu engkau kemana wahai Ruh?
Engkau bukan seperti hijau untuk dedaunan
Bukan panas untuk kobaran api
Bukan pula dingin untuk bekuan es
Engkau lebi dari nyawa,
Engkau adalah pembimbing diri sendiri
Aku yang menunjukan pada ke-Aku-anku
Sejenak mari kita renungkan wahai Ruh
Seberapa kotor diri kita
Sehingga lisan pun begitu hina
Mata terasa penuh dosa
Tangan terjerat banyak salah
Dan kaki terasa selalu tersesat
Lalu akankah AKu akan kubawa kedalam kenistaan?
Aku tahu kau ada didalam sana
Diantara diri dan aku
Menjagaku tetap hidup
Namun, menjadi hidup dengan tidak mati
Maka apa beda dengan binatang liar
Maka, sucikan dirimu wahai Ruh.
Sucikan aku wahai Tiupan Tuhan
Sucikan sebentuk tanah yang akan menjadi tanah
Esok,
Agar ketika bertemu Tuhanmu
Engkau bukan hina dengan siksa
Namun mulia dengan istana syurga
http://googleweblight.com/i?u=http://www.duniapuisi.com/2015/10/puisi-kehidupan-yang-mengarukan.html?m%3D1&hl=id-ID&geid=1024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar